Terlintas pertanyaan, kertas kita masih impor ya? Yang oleh teman sekamarku dijawab, “Kayu tropis enggak semua cocok untuk bahan buku. Kayu di kita kebanyakan kayu industri. Yang kita impor itu pulp atau campuran untuk membuat kertas. Kita memang impor pencampur buat bikin kertas tapi ekspor buat bikin perpustakaannya.”
Teman sekamarku kuliah jurusan Teknologi Hasil Hutan di IPB.
Silakan baca tulisan Lulu di sini. Lulu pernah bekerja sebagai editor in house, jadi sedikit banyak punya pengalaman dalam menentukan harga buku terjemahan.
Karena penasaran betul mengenai harga buku terjemahan yang semakin lama semakin mahal, saya akhirnya ‘mewawancarai’ Mbak Hetih Rusli, editor fiksi di Gramedia Pustaka Utama. Berikut jawaban dari Mbak Hetih:
Komponen standar (ongkos produksi buku) terdiri atas biaya cetak, biaya gudang, biaya promosi, biaya distribusi, dll. Untuk buku terjemahan selain biaya penerjemahan, ada biaya pembelian rights dan royalti juga. Sama sebenarnya dengan buku lokal, yang memberi royalti ke pengarang.
Lihat pos aslinya 582 kata lagi
makanya harga buku masih mahal ya mbak karen a bahan kayunya
Mbak, ini buku ada terjemahannya gak ya? Sy gak masalah beli yg b. inggris, tapi pasti mahal bgt :'(. http://www.peakprosperity.com/crash-course-book. I want this book.
Ngngng…. coba di-Google?
Udah cari di Google… itu sih udah sumber pertama XD haha. Tadinya sy berharap Mbak Dina ajuin supaya buku itu diterjemahkan ke B.Ind, atau dijual di Ind ^_^ heuheu 😛
Yaah sayangnya aku enggak tahu. Aku jarang nerjemahin nonfiksi, gak ada jagoannya sih hehehe.
Wah, ada nie… The Crash Course http://opentrolley.co.id/BookDetails.aspx?BookID=5007607. Lumayan harganya ‘cuma’ Rp 334.000 (blm ongkir).
Kalau di Book Depository bebas ongkir ke seluruh dunia.