Aku sudah mendaftar untuk ikut TSN HPI 2013. Namun karena ada tenggat terjemahan yang berdekatan dengan pelaksanaan tes aku membatalkannya. Sebenarnya itu bukan satu-satunya alasan sih… alasan lainnya karena aku jiper. Iyes, jiper, keder, ciut nyali. Betapa tidak, aku dengar (baca) teman penerjemah berinisial EN yang lulus TSN 2012 meluangkan waktu satu bulan untuk persiapan. Sedangkan aku…? Oleh karena itu, menunda rasanya bijaksana bagiku.
Nah, ada yang penasaran seperti apa rasanya mengikuti TSN HPI 2013? Simak cerita Cornelius Agung B ini.
Setelah penjelasan diberikan dan para peserta sudah tidak ada pertanyaan lagi, ruangan menjadi sunyi senyap, yang terdengar hanya ketikan keyboard dan desisan semburan pendingin ruangan.
Materi yang diberikan tidak mengada-ada dengan tingkat kesulitan wajar dan dalam batas psikologis “menantang”, tidak “remeh” atau kebalikannya, “membuat patah semangat.”
Proses pemeriksaan yang profesional diperkuat dengan penerapan mekanisme penanganan berkas. Berkas yang disimpan di dalam flashdisk harus diberi nama yang sama oleh seluruh peserta. Berkas di dalam setiap flashdisk kemudian diberi kode khusus (kode berkas) yang hanya diketahui oleh Ketua HPI (berdasarkan penjelasan Ibu Margaretha Adisoemarta).
Tulisannya sangat menarik dan bagus. 🙂
Terima kasih sudah re-blog ya mbak Dina. Facebook sharer lagi error euy.
Sama-sama. 🙂
Wah, ternyata sampai satu bulan persiapannya ya… Makasih udah di-share, mba, lagi berpikir akan ikut atau nggak tahun depan 🙂