Judul Buku : Macaroon Love
Penulis : Winda Krisnadefa
Penerbit : Qanita
Terbit : Cetakan I, Maret 2013
Tebal Buku : 262 halaman
Ukuran: 11x18cm
ISBN : 978-602-9225-83-9
Harga: Rp47.000
Ulasan
Aku sudah tertarik kepada tokoh Magali sebelum Macaroon Love lahir. Kekocakan satu-dua baris status Winda Krisnadefa, sang penulis, di Facebook tentang Magali membuatku ingin lebih mengenal karakter tersebut.
Alkisah Magali, yang menganggap namanyalah yang membuat dirinya jadi manusia aneh penyuka hal-hal yang tidak biasa (seperti makan kentang goreng dicocol es krim) sehingga sering diolok-olok semasa sekolah. Ia tinggal di sebuah tempat kos sempit di Jakarta, yang semakin sempit oleh tumpukan buku dan majalah koleksinya, para terdakwa yang mengakibatkan tabungannya tidak pernah bertambah banyak (hal. 152). Ayahnya, Jodhi, seorang duda yang berprofesi sebagai koki kapal pesiar, si biang keladi pemberi nama itu, tidak pernah menjelaskan mengapa nama itu sampai terpilih sebagai kata ganti dirinya (hal. 16). Kebayang dong, betapa tercengangnya gadis itu ketika mendapati namanya ternyata sama dengan nama sebuah restoran di jalan Fatmawati: Suguhan Magali (hal.92). Serunya lagi, menu makanan yang ditawarkan tidak ditemukan di tempat-tempat yang pernah ia liput. Magali yang mengaku food writer, padahal sejatinya penulis lepas sebuah majalah gratis, merasa menemukan tempat yang membuat dirinya tidak merasa jadi misfit alias orang yang tidak cocok dengan lingkungannya. Walaupun begitu, berdekatan dengan Ammar membuatnya merasakan hal-hal aneh yang menurutnya ‘merepotkan.’ Ammar adalah cowok ganteng pemilik restoran sekaligus kokinya.

Foto: Edu Krisnadefa.
Namanya novel romance, sudah jelas ke mana arah cerita ini. Namun, percayalah, kau akan menikmatinya. Karakter Magali dan sepupunya, Beau, begitu kuat. Hubungan mereka diceritakan dengan apik. Beau yatim piatu. Ia dan Magali dibesarkan oleh Nene (nenek mereka) yang sudah janda karena dari satu tahun hanya dua bulan Jodhi berada di rumah. Sepeninggal ibu Magali, Jodhi tidak menikah lagi. Banyak yang tidak keberatan bila karakter Beau si blasteran kere ini mendapatkan peran utama di dalam novel lain. Beau selalu bersemangat setiap mendengar Magali hendak meliput sebuah restoran. Itu berarti satu hal: makan enak gratis. Akan tetapi, si sepupu sebatang kara yang biasanya langsung naik travel dari Bandung ke Jakarta begitu mendengar Magali akan melakukan liputan ini mendadak bagaikan lenyap ditelan bumi. Ammar menjadi pengisi tempat kosong yang ditinggalkan Beau sebagai tempat untuk berbagi.
Timbul kebimbangan ketika Ammar menyajikan Macaroon Tower warna-warni seakan mempersembahkan nuansa hatinya kepada Magali. Mampukah ia menerimanya? Maukah?
Buku setebal 262 ini mampu menyuguhkan kisah menarik tentang cara unik seorang gadis memandang dunianya sehingga ia mampu bertahan dan meraih cita-cita. Latar belakang kuliner yang dipilih penulis terbilang rapi. Mampu menimbulkan siksaan lezat bagi seseorang yang membacanya sambil puasa sunah.

Cara penulis menceritakan kisah tentang Magali yang berdamai dengan keanehannya itu sangat manis. Kisahnya believable dan menyediakan banyak ruang tempat pembaca menarik kesimpulan sendiri.
Hanya satu hal yang membuatku terganggu. Kata ‘aneh’ terlalu sering muncul di dalam kisah ini. Padahal, tanpa sering-sering diberi label ‘aneh’ atau ‘tidak biasa’ Magali sudah unik. Biasanya, orang aneh tidak merasa apalagi menyebut dirinya aneh.
Namun, terlepas dari itu, justru sifat aneh unik itulah yang menjadi perisai Magali dalam menghadapi tantangan kehidupannya, menyelamatkan keutuhan keluarganya dari prahara.
Lomba Review Macaroon Love Bersama Smartfren dan Mizan.
Simak liputan acara peluncurannya:
Ulasan yang sungguh menimbulkan rasa penasaran. Jadi pengen memiliki si Macaroon Love deh. *Bisa dibeli dimana nih Mak Dina? Di Gramed Bandung sudah availabel kah?
Kayaknya udah ada, Mak. Atau, beli online aja kayak aku 😉
hehehehehehe saya juga langsung penasaran mbaca status2nya mbak winda 😀
Tos dong!
mihihihi, emang unik ini novel. mbak winda bisa menjelaskan detail tentang dunia masak-memasak 🙂
Iya. Katanya, ide latar belakang kuliner untuk cerita didapatnya dari mengamati cara mertua Winda yang punya usaha katering memadu-padanakan masakan. Dasar penulis, apaaaa aja bisa jadi ide.
Mak Dina, aku ngakak lihat foto paling bawah.
Ternyata membaca sambil kayang itu kurang nyaman.
makin penasaran,bangettttt…tapi bukunya blm sampai di batam,nggak suka beli online karenakurang greget rasanya hehe….mnggu dpn baru hunting bukunya di jawa…..penasaran bangettt sama ceritanya,aplge habis baca ini uwaaaaaaaaaaaaaaaa 😀
Ayo, dibeli dibaca 😀
Mak Dina, aku jaman sma sampe kuliah doyan lho makan french fries cocol es krim. Enak tau! Hehehe…
Ugh! Tidaaaaaaaaaaaaaaak!
mbak Dinaa…
ternyata ada kaan ada kaaan yg emang suka makan kentang dicocol sundae….
Aku…eh, Magali tak sendiri kook….hahahahaha
makasih ya ulasannya, mbaak….
makasih juga udah dateng…:’)
dan soal “aneh” yg berulang-ulang itu, emang gengges ya kayanya… #mengakui hihihihi…tapi aku berupaya utk showing bahwa sebenarnya Magali itu gk aneh-aneh banget, cuma dia semacam pengen aja dianggap aneh, buat “perlindungan”nya sendiri kalau dia lagi gak akur sama sekelilingnya…:D
ah sudah, gk usah dibahas…novel kalau nggak ada flaw-nya, gak akan berkembang di karya selanjutnya….aku harus makasih…:D
Terima kasih karena udah menulis dengan begitu ciamik. Ditunggu kisah si Beau. Jangan sampe dua tahun yaaaa *siapin pecut* 😀
ya ampun, niat banget ya mbak pake kuping tambahan 😆
Lho itu semacam kosmetika, biar penampilan paripurna. Ihiy!
ah, kalo magali dibikin film, saya dapet siapa pemeran NENE 😆
Haaa? Kamu mau jadi Nene?!
Ga berani lihat foto paling bawah. X_X
@_@
mbak aku skip baca sinopsisnya ya biar asyik nanti aku kalau baca bukunya lansgung 🙂
Ini bukan spoiler kok.
duh…mak yg satu ini memang hebat bgt, baca novel smbl pose kayang *terpesona*
Hehe siapa tahu dapat hadiah hahaha!
Mak, itu gak pusing baca buku posisi kebalik gitu? 😀 Aku juga suka novel ini. Begitu baca, gak bisa berhenti 🙂
Kalau baca mungkin pusing. Tapi ini kan buat gaya-gayaan aja, jadi ga baca. #plakk! 😀
Di Facebook:
Begitu baca bab pertama aku langsung berempati kepada Magali. Sebagai seseorang yang pernah membenci nama sendiri, jadi bahan olok-olok dan hampir tidak sintas semasa SD, memilih tidak eksis semasa SMP gara-gara nama asliku, kumerasakan apa yang Magali rasakan tentang namanya.
Gratcia S. Siahaya
Uuuw… sama, haha… saya sebel sama nama panggilan hihi, lebih suka sama nama panjang yg lebih gaya dan lebih bermakna, dulu pernah marah2 kenapa dikasih nama panggilan spt nama panggilan tersebut, haha, jadi yap, tulbe, bisa paham ketidaksukaan Magali sana namanya, walopun sedikit sebel sama dia sebab arti namanya bagus :)))
11 minutes ago · Like
Gratcia S. Siahaya
Emm…mustinya ini di kolom komentar blog ya, huahaha… *panjang pulak curhat inih*
10 minutes ago · Like
Dina Begum
Ter.nya.ta. Aku sampai pernah kepikiran ganti nama secara resmi lho.
9 minutes ago · Like
Gratcia S. Siahaya
Hihi, jadi kepingin tauu, kalo mau ganti nama dengan nama apa? Aku dulu kepingin dikasih nama semacam Tiara atau Viona kek
8 minutes ago · Like
Dina Begum
Britney Spears atau Xena (the Warrior Princess)
about a minute ago · Edited · Like
Gratcia S. Siahaya *ngakak*
about a minute ago · Like
mbak ini fotonya selalu aneh 😀
Waddduuuuh yg punya Suguhan Magali beneran kece yaaah >.<
Nyesel saya gak ikutan, gak diajak sih 😀
Haha… namanya juga usaha. Uhuy!
Hoho Adrian kan selebriti… pernah tampil di Hitam Putih dan diliput di media massa. 😀