“Santa Claus has come once more, |
“Sinterklas datang lagi, |
Though not quite as he came before, |
Walau tak seperti kedatangannya tempo hari; |
We can’t celebrate his day |
Kita tidak bisa merayakan hari miliknya itu |
In last year’s fine and pleasant way. |
Dengan keceriaan dan kebahagiaan tahun lalu. |
For then our hopes were high and bright, |
Karena saat itu harapan kita melambung tinggi dan cerah, |
All the optimists seemed right, |
Semua optimisme tampak lumrah, |
None supposing that this year |
Tidak ada yang menyangka bahwa tahun ini |
We would welcome Santa here. |
Kita akan menyambut Sinterklas di sini. |
Still, we’ll make his spirit live, |
Namun, kita akan membuat semangatnya tetap meriah, |
And since we’ve nothing left to give, |
Dan karena tiada lagi yang tersisa untuk dijadikan hadiah, |
We thought of something else to do |
Kami mencari jalan keluar dengan memutar otak tujuh keliling |
Each please look inside his shoe.” |
Silakan tengok ada apa di dalam sepatu masing-masing.” |
ooh jadi terjemahan itu bisa dibuat agak mendayu dayu gitu ya mba, asal gak keluar dari konteks ?
Sebenarnya sedapat mungkin gaya disesuaikan dengan aslinya sehingga nuansanya juga ikut diterjemahkan. Boleh dibilang penerjemah itu harus bisa jadi bunglon juga hehe… Selain makna, semoga aku bisa menyeberangkan nuansanya juga.